Perjuangan Cinta Seorang Istri
Tags: cerita motivasi (1200), cerita islami (261), cerita hikmah (104), cerita nasehat (313), cerita teladan (334), kumpulan cerita motivasi (203), kisah islami(247), kisah teladan (331), kisah hikmah (110), kumpulan kisah teladan (263), artikel motivasi (2011), artikel islam (105), artikel kesehatan (211), kumpulan artikel motivasi (300), berita islami (2012), motivasi islam (2010),artikel kesehatan (500)
Suatu hari di sebuah rumah mewah di
pinggiran desa, ada sepasang suami
istri, Rudi dan sang istri bernama yuli. Rudi adalah anak tunggal keturunan
orang terpandang di desa itu, sedangkan Yuli adalah anak orang biasa. Namun
kedua orang tua Rudi, sangat menyayangi menantu satu-satunya itu. Karena selain
rajin, patuh dan taat beribadah, Yuli juga sudah tidak punya saudara dan orang
tua lagi. Karna meninggal saat ia masih kecil.
Orang memandang, mereka adalah pasangan
yg sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana mereka dulu merintis
usaha dari kecil untuk mencapai kehidupan mapan seperti sekarang ini.
Sayangnya, pasangan itu belum lengkap.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun usia
pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Akibatnya Rudi putus
asa hingga walau masih sangat cinta, dia berniat untuk menceraikan sang istri,
yg dianggap tidak mampu memberikan keturunan sebagai penerus generasi. Setelah melalui
perdebatan, dengan sedih dan duka yg mendalam, akhirnya Yuli pun menyerah pada
keputusan suaminya untuk tetap bercerai.
Sambil menahan perasaan yg tidak
menentu, suami istri itupun menyampaikan rencana perceraian tersebut kepada
orang tuanya. Orang tuanya pun menentang keras, sangat tidak setuju, tapi
tampaknya keputusan Rudi sudah bulat. Dia tetap akan menceraikan Yuli.
Setelah berdebat cukup lama, akhirnya
dengan berat hati kedua orang tua itu menyetujui perceraian tersebut dengan
satu syarat, yaitu agar perceraian itu juga diselenggarakan dalam sebuah pesta
yg sama besar seperti besarnya pesta saat mereka menikah dulu. Karena tak ingin
mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan itu pun disetujui.
Beberapa hari kemudian, pesta
diselenggarakan. Saya berani sumpah bahwa itu adalah sebuah pesta yg sangat
tidak membahagiakan bagi siapapun yg hadir. Pak Rudi nampak tertekan, stres dan
terus menenggak minuman beralkohol sampai mabuk dan sempoyongan. Sementara Yuli
tampak terus melamun dan sesekali mengusap air mata di pipinya. Di sela mabuknya
itu tiba-tiba Rudi berdiri tegap dan berkata lantang,
"Istriku, saat kamu pergi nanti...
ambil saja dan bawalah serta semua barang berharga atau apapun itu yg kamu suka
dan kamu sayangi..!"
Setelah berkata demikian, tak lama
kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.
Keesokan harinya, seusai pesta, Rudi
terbangun dengan kepala yg masih berdenyut-denyut berat. Dia merasa asing
dengan keadaan disekelilingnya, tak banyak yg dikenalnya kecuali satu. Yuli
istrinya, yg masih sangat ia cintai, sosok yg selama bertahun-tahun ini menemani
hidupnya.
Maka, dia pun lalu bertanya,
"Ada dimana aku..? Sepertinya ini
bukan kamar kita..? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi..? Tolong
jelaskan..."
Yuli pun lalu menatap suaminya penuh
cinta, dan dengan mata berkaca dia menjawab,
"Suamiku... ini dirumah peninggalan
orang tuaku, dan orang-orang ini para tetangga. Kemaren kamu bilang di depan
semua orang bahwa aku boleh membawa apa saja yg aku mau dan aku sayangi. Dan
perlu kamu tahu, di dunia ini tidak ada satu barangpun yg berharga dan aku cintai
dengan sepenuh hati kecuali kamu. Karena itulah kamu sekarang kubawa serta
kemanapun aku pergi...!"
Dengan perasaan terkejut setelah
tertegun sejenak dan sesaat tersadar, Rudi lalu bangun dan kemudian memeluk
istrinya erat dan cukup lama sambil terdiam. Yuli hanya bisa pasrah tanpa mampu
membalas pelukannya. Ia biarkan kedua tangannya tetap lemas, lurus sejajar
dengan tubuh kurusnya.
"Maafkan aku istriku, aku sungguh
bodoh dan tidak menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya cintamu buat aku.
Sehingga walau aku telah menyakitimu dan berniat menceraikanmu sekalipun, kamu
masih tetap mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun..."
Kedua suami istri itupun akhirnya ikhlas
berpelukan dan saling bertangisan melampiaskan penyesalannya masing-masing.
Mereka akhirnya mengikat janji (lagi) berdua untuk tetap saling mencintai
hingga ajal memisahkannya..
‘’ketahuilah sobat bahwa tujuan utama
dalam pernikahan bukanlah hanya untuk
mendapatkan keturunan, memang diakui keturunan sangatlah di harapkan dalam
pernikahan, tapi masih banyak hal-hal yang perlu di selami dalam hidup berumah
tangga.
Untuk itu kita perlu meluruskan kembali
tujuan kita dalam menikah, yaitu peneguhan janji sepasang suami istri untuk
saling mencintai, saling menjaga baik dalam keadaan suka maupun duka. Melalui
kesadaran tersebut, apapun kondisi rumah tangga yang kita jalani akan menemukan
suatu solusi. Sebab proses menemukan solusi dengan berlandaskan kasih sayang
ketika menghadapi sebuah masalah, sebenarnya merupakan salah satu kunci
keharmonisan rumah tangga kita.’’
"Harta dalam rumah tangga itu
bukanlah terletak dari banyaknya tumpukan materi yg dimiliki, namun dari rasa
kasih sayang dan cinta pasangan suami istri yg terdapat dalam keluarga
tersebut. Maka jagalah harta keluarga yg sangat berharga itu..!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar